Senin, 12 Oktober 2009

the L

Malam ini malam minggu dan Bandung baru saja diguyur hujan besar. Ditengah dinginnya kota Bandung aku bermaksud melepaskan kepenatan usai ujianku dengan mencari beberapa buku komik, bukan novel ataupun buku tebal lainnya. Tanpa disadari, aku bertemu dengannya, dia yang membawa pikiranku kembali ke 3 atau 4 tahun yang lalu. Masa-masa dimana sebagian besar malam ku dan sebagian kecil siangku dihabiskan bersamanya. Tanpa ku rencanakan, malam itu aku bertemu Kristy Nelwan.
Aku sedang sibuk dengan deretan buku-buku yang ingin ku baca saat aku terkejut karena melihatnya. Sudah hampir 2 tahun aku tidak pernah lagi mendengar kabarnya. Malam yang rencananya akan aku habiskan dengan sedikit membaca komik dan tidur dengan puas itupun akhirnya kuhabiskan bersamanya.
Bertemu dengannya membuatku secara otomatis kembali ke masa-masa itu. Saat dimana pertama kali aku terkejut karena ada wanita lain yang memiliki prinsip yang sama denganku, satu aturan simple untuk seorang pacar, kalau mau selingkuh jangan sampai ketahuan. Hahaha prinsip yang aneh memang, tapi percayalah anda pasti tidak tertarik untuk berpacaran dengan pria sebodoh itu. Saat dimana membahas quote-quote menarik dari suatu buku, scene-scene menarik dari sebuah film atau lirik-lirik menarik dari sepenggal lagu. Aku terkejut menemukan seseorang yang membaca buku atau menonton film yang sama namun dapat mengambil sisi yang luar biasa berbeda. Membuat aku membuka pikiran ku dan bahkan membuat aku menanggalkan pesimistis skeptic ku dan membaca supernova.
Ya, aku merindukan masa-masa itu. Hingga akhinya malam itu kuhabiskan mendengarkan ceritanya.
Dia menceritakan pada ku tentang seorang gadis bernama Ava Torino, dimana aku harus memilah-milah antara mana yang menrupakan dirinya dan mana yang bukan. Tidak mudah tentunya, karena aku tidak mengenal dia sedalam itu, tapi tidak juga terlalu sulit karena beberapa hal begitu jelas tentangnya.
Cerita dimulai dengan Ava memergoki pacarnya berselingkuh, dan dia mengeluarkan kata-kata “Kamu buaya goblok! Aku udah bilang, kalau mau selingkuh jangan sampe ketauan!” hahaha jelas sekali kalimat itu menggambarkan Kristy, tapi bagian lain dimana Ava memang meminta bantuan wanita lain untuk menggoda lelakinya agar dya terbebas dari pria itu, aku tidak tau.
Malam itu menjadi panjang dan penuh cerita. Tentang before sunrise dan before sunset, ayah dan ibu-nya yang sangat supportive, adiknya yang sangat dia cintai, lagu-lagunya, buku-bukunya, cara dia memandang pertemanan, cinta dan banyak hal lainnya yang sangat menggambarkan dirinya. Yang kadang menyesatkan ku, apakah dia bercerita tentang Ava atau dirinya.
Ya, memang ada beberapa hal dari Ava yang terlalu biasa untuku. Bukan skeptic atau sinis, tapi frame tinggi, putih, rambut panjang, pekerjaan broadcasting, absurd, metal, mandiri, sukses, nyolot, semua sifat dan bawaannya yang tampak terlalu standar untuk ku. Maksudnya, sebuah paket yang sangat sulit untuk ditemukan tapi berkeliaran di mindset semua orang sebagai capaian sukses wanita dewasa muda.
Malam itu panjang, benar-benar panjang, mendengarkan the other side of my thought about every my favorite thing yang sudah 2 tahunlebih tidak ku dengar pemikirannya, bercerita panjang lebar tentang pikirannya yang lain. Ceritanya berakhir mendekati pukul 3 pagi. Aku tidak tau mana bagian favorite-nya, tapi mungkin berbeda dari bagian favorite-ku. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, kami mungkin menyukai hal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Ini yang paling menyentuhku dari ceritanya malam itu.

Kamu tahu…
Aku selalu terserang panic setiap kali teringat hanya denganmu aku bisa bicara lama tentang hal-hal yang biasa. Mungkin karena seringanya aku dianggap aneh atau malah gila, padahal aku hanya melihat segala dengan lebih perlahan dan mencari bagian yang istimewa dari bagian yang sederhana.
Dulu kala.
Sebutir mute kecil hilang dari kalung kesayangan dan aku mencari-cari keseluruh penjuru kamar, menggunakan kaca pembesar. Menemukan satu jam kemudian ditengah karpet berbulu gelap, aku lega mute hitam ituterlihat dan masih mengilap.
Lalu aku mulai sering menggunakan kaca pembesar itu dimana saja, tidak hanya untuk mencari mute tapi untuk melihat dunia.
Dan diam-diam berharap ada yang melihatku dengan cara yang sama. Berulang kali kecawa, tentu saja. Harapan yang terlalu tinggilah yang sering kali menyebabkan rasa nyeri. Tapi lalu mau apa, tak lagi mencoba? Berdiam diri tak lagi mencari? Tidak, tangisku selalu berhasil berhenti dan aku selalu berjalan lagi.
Dan bertemulah kita, di suatu halaman yang tampaknya normal-normal saja. Lima menit pertama kamu mengerenyit menatapku, seperti juga aku mengerenyit melihatmu. Lalu aku mengeluarkan kaca pembesarku.
Pelan-pelan jidatku tak lagi berkerut.
Kaca pembesar sampai diwajahmu dan ku lihat kamu tersenyum lembut. Jidatmu tak lagi berkerut.
Kaca pembesar sampai ditanganmu dan ku mengerti senyuman itu untuk apa.
Jemarimu sedang mengenggam kaca pembesar juga. Melihat mute biasa yang jadi istimewa karena tidak bisa dilihat kapan saja…
…in me.
-Potongan Ketika A menuju Z dari novel L by Kristy Nelwan-

Ya, malam ini gw habisin baca bukunya Kristy Nelwan berjudul L yang gw temukan secara ga sengaja dijajaran novel-novel yang disewakan. Diawali dengan kaget saat pertama ngeliat nama pengarangnya, sebuah nama yang dulu sangat familiar. Seorang penyiar Radio Ardan saat gw masih kuliah hingga hampir 3 tahun yang lalu. Dilanjutkan dengan sebuah senyuman ketika membaca sekilas beberapa halaman bab pertamanya. Membawa kembali kenangan lama itu, saat gw terkejut ngedenger ada wanita lain yang punya prinsip (yang kata orang) gila, sama dengan gw. Kenangan dimana ada orang lain yang menyukai hal yang sama dengan gw dari sisi yang berbeda. Hahaha..masa-masa itu…
Sekarang sudah hampir jam setengah lima pagi, lebih baik gw nunggu subuh baru tidur sekalian. Melihat list lagu dan koleksi cd gw lalu berkata “damn! Wish I hv Infinitys song.” Ooh this book really bring me back to that time, 4tahun kuliah, masa-masa paling sempurna dalam hidup gw, yang semoga segera gw dapetin lagi. Akhirnya gw cuma berjalan dan membuka jendela, bandung hujan rintik-rintik pagi itu, dan tiba-tiba gw teringat kalimat “hujan itu selali balikin romantisnya kota bandung” hahaha I’m totally trap in the past.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar