Hari ini akan jadi yang kedua dari seluruh rentetan ulang tahun saya yang paling saya kenang.
Pertama adalah tahun 2008 saat saya stase Ilmu Kesehatan Jiwa. Ulang tahun saat stase di ruang rawat. Saat visite siang, sebelum pulang kami sedang kumpul-kumpul di ruang perawatan. salah seorang teman berbicara dengan pasien jiwa sambil bercanda, memberitahukan saya ulang tahun saat saya melewati mereka. Pasien tersebut langsung jalan, mengumpulkan teman-temannya, berkumpul dengan dokter-dokter muda dan pasien dengan "waham kenabian" memimpin doa. mereka semua tertunduk bersama temana-teman saya yang ikut menunduk sambil menahan tawa dan bingung. Sementara pasien tertunduk (tampak) khusyuk mendoakan.
Itu bagian stase kedua saya, membuat Rumah Sakit dan kehidupan koas tampak tidak terlalu menyeramkan (hingga saat itu saja).
Dan itu ulang tahun pertama yang tidak akan pernah saya lupa.
yang kedua adalah hari ini, tahun 2012, 4tahun kemudian. saya merayakan ulang tahun jauh dari rumah dan kota yang selama 26 tahun tidak pernah saya tinggalkan. bukan yang pertama saya merayakan ulang tahun disini, ini yang kedua, tapi akan menjadi yang saya ingat.
perayaan ulang tahun bertepatan dengan 100 tahun masuknya injil di tempat kerja saya. saya muslim tapi tiba-tiba ulang tahun saya terasa besar hahaha.
saya praktek di klinik milik gereja katolik, jadi saat makan siang tadi saya didoakan oleh pastor, suster dan perawat-perawat yang beragama Katolik.
keluarga saya disini beragama protestan, sehingga saat berdoa pun ulang tahun saya didoakan dengan agama protestan.
saya sendiri seorang muslim, maka semua doa mulai dari diri saya, keluarga mendoakan saya secara muslim.
sms hari ini sangat beragam, mulai dari assalamu'alaikum, insyaAllah, dirahmati, diridhoi, diberkahi, hingga gbu.
semua doa bermaksud baik dan yang didoakan pun baik. saya selalu mengamini semua doa baik. walaupun kita menyapa Tuhan dengan nama yang berbeda dan cara yang berbeda, tapi kenapa musti meributkan mana nama yang benar jika semuanya menuju pada kebaikan?!
terima kasih untuk semua yang menunjukan keindahan perbedaan pada saya hari ini. terima kasih untuk semua yang menunjukan bahwa perbedaan nama Tuhan bukan batas untuk mendoakan orang lain.
terima kasih Tuhan, Allah SWT begitu saya memanggilNYA, atas semua rahmat yang engkau berikan. bukan hanya materi, tapi juga nafas, usia, keluarga, teman yang juga keluarga, ilmu, segala yang tidak pernah saya sadari dan tahun ini bertambah satu syukurku, merasakan indahnya perbedaan orang memanggil namaMU dengan maksud baik untukku.
last one. hey ME! Happy 27th Birthday ME!!
Rabu, 25 April 2012
Kamis, 19 April 2012
my kind of book
Saya adalah seorang pecinta karya-karya Ayu Utami
Penikmat karya-karya Clara Ng
Membaca beberapa karya Fira Basuki
Dan tidak pernah membaca Supernova
Saya membuat tulisan ini pada tanggal 13 April 2012, tepat pada hari saat Partikel Supernova terbit. Bukan, sama sekali bukan sengaja saya membuat tulisan ini. Tulisan ini justru muncul lebih karena saya melepas sampul Cerita Cinta Enrico dibanding Timeline Twitter yang dipenuhi oleh #partikel.
Mengapa saya tidak pernah membaca supernova? Bukan. Bukan karena saya masuk golongan si anti mainstream yang menolak kemapanan atau menolak mengikuti trend, lah wong saya punya twitter. Tapi kejadian traumatic saat otak saya belum berkembang dan membuka halaman Supernova tentang kesatria berbaju zirah dan rasi bintang, otak saya langsung menolak. Maklum, otak saya belum siap dengan bacaan penuh kata-kata yang aneh, karena sebelumnya hanya diisi oleh Majalah Gadis, Hai! dan Donald Bebek. See! Bukan anti mainstream, emang masih bego aja.
Untuk Fira Basuki mungkin saya tidak bisa berpendapat karena beberapa bukunya yang say abaca pun sudah tidak ingat. Pintu-jendela-atap? Betul-betul sudah lupa ceritanya tentang apa. Tapi saya penikmat tulisan-tulisannya di twitter terutama dialognya dengan dan tentang Tuhan.
Saya penikmat karya-karya Clara Ng, tidak semuanya, tapi sebagian besar. Perkenalan pertama dengan Indiana Lesmana. Saat itu saya salah membaca judulnya, sehingga yang terbaca oleh saya adalah “the chronicle of INDRA LESMANA” sebagai penikmat jazz jadi-jadian, saya langsung menyambar buku itu. Saya kira biography Indra Lesmana tapi kenapa cover bukunya cartoon cewe? Dasar jazz-er jadi-jadian, tanpa baca synopsis dan meneliti lebih jauh, saya beli lah buku itu. Tidak menyesal! Bahakan saya terus menanti seri-seri berikutnya yang berlanjut dengan membeli karya-krya Clara Ng, menunggu-nunggu Koran Kompas untuk membaca Tea for Two hingga menghabiskan 1 hari dengan Gerhana Kembar. Gerhana Kembar membuat saya makin tergila-gila dengan karya Clara Ng. Jujur awalnya saya merasa “terganggu” dengan ceritanya, cerita tentang lesbian dengan latar 70an. Rasanya aneh, karena selama ini film-film dan kisah lesbian mengumbar seks bebas, party dan wild, yang membuat pikiran saya terpatri. Dan itu juga yang membuat saya dan mungkin sebagian besar wanita tidak bias menikmatinya. Tapi semakin lama say abaca ternyata Gerhana Kembar ini berhasil menyajikan sisi berbeda, menghilangkan rasa “tidak nyaman” dan yang terpenting bercerita. Bercerita selayaknya kisah, dengan kendala yang beda tapi membuat saya tidak lagi memikirkan kisah ini tentang wanita dan wanita. Dan jauh dari sekedar roman picisan.
Yang terakhir Ayu Utami. Im crazy about her work! Semuanya. Parasit Lajang. Saman. Larung. Bilangan Fu dan serialnya pertamanya Majanjali Cakrabirawa (sampai saat ini baru terbit satu) dan saya yakin begitu juga Cerita Cinta Enrico yang baru akan saya abaca. Perkenalan pertama tentu dari saman, buku yang entah milik siapa dan teronggok lama di lemari. Saya bersyukur saya membacanya setelah tingkat dua kuliah, jika tidak mungkin akan berakhir seperti halnya Supernova. Setelah itu saya tidak bisa menolak membaca karaya-karya Ayu Utami. Bukan hanya membaca tapi harus punya, semacam ada obsesi atas kepemilikan karya-karyanya. Setiap bukunya selalu menceritakan sebuah kejadian kecil individu dengan kisah-kisah “kecil” mereka dibalut dengan mitos dan sejarah-sejarah “besar” dengan pengaruh besar. Bukankah itu nyata, bahwa memang saat kejadian-kejadian besar terjadi diantara para pelaku sejarah “besar” dan mitos-mitos mempengaruhi hidup masyarakat selalu ada masing-masing individu yang, bahkan keberadaanya tidak diketahui oleh pelaku sejarah “besar”, berkutat melakukan sejarahnya sendiri ditengah kukungan dan pengaruh mitos serta sejarah besar. Itu nyata,terjadi selalu. Tapi kita memang tidak pernah mengkorelasikan sejaran “besar”, mitos dan sejarah kita. Didukung dengan kegilaan saya pada pengaruh Mitos dan adat istiadat pada perilaku masyarakatnya. (dan sekarang saatnya meratap, mungkin saya salah jurusan). Belum lagi feminismenya yang selalu terasa kental disetiap tulisan. Walaupun pemeran utama bukan seorang wanita, tapi feminism tokoh wanita selalu menonjol tiap kali sang tokoh diceritakan. And for all of those reasons, I love her works!
Yang mungkin berubah suatu saat nanti mungkin pernyataan saya tentang Supernova. Melihat etos kerja, totalitas dan detail freak seorang Dewi Lestari ditambah jumlah buku berbahasa “asing” (Indonesia yang asing maksud saya) yang sudah saya baca sepertinya saya akan memberi supernova satu kesempatan lagi. And I hope Supernova and I can work it out. Bukan, bukan supaya saya terbebas dari label anti mainstream. But her amazing work r worth another try.
Penikmat karya-karya Clara Ng
Membaca beberapa karya Fira Basuki
Dan tidak pernah membaca Supernova
Saya membuat tulisan ini pada tanggal 13 April 2012, tepat pada hari saat Partikel Supernova terbit. Bukan, sama sekali bukan sengaja saya membuat tulisan ini. Tulisan ini justru muncul lebih karena saya melepas sampul Cerita Cinta Enrico dibanding Timeline Twitter yang dipenuhi oleh #partikel.
Mengapa saya tidak pernah membaca supernova? Bukan. Bukan karena saya masuk golongan si anti mainstream yang menolak kemapanan atau menolak mengikuti trend, lah wong saya punya twitter. Tapi kejadian traumatic saat otak saya belum berkembang dan membuka halaman Supernova tentang kesatria berbaju zirah dan rasi bintang, otak saya langsung menolak. Maklum, otak saya belum siap dengan bacaan penuh kata-kata yang aneh, karena sebelumnya hanya diisi oleh Majalah Gadis, Hai! dan Donald Bebek. See! Bukan anti mainstream, emang masih bego aja.
Untuk Fira Basuki mungkin saya tidak bisa berpendapat karena beberapa bukunya yang say abaca pun sudah tidak ingat. Pintu-jendela-atap? Betul-betul sudah lupa ceritanya tentang apa. Tapi saya penikmat tulisan-tulisannya di twitter terutama dialognya dengan dan tentang Tuhan.
Saya penikmat karya-karya Clara Ng, tidak semuanya, tapi sebagian besar. Perkenalan pertama dengan Indiana Lesmana. Saat itu saya salah membaca judulnya, sehingga yang terbaca oleh saya adalah “the chronicle of INDRA LESMANA” sebagai penikmat jazz jadi-jadian, saya langsung menyambar buku itu. Saya kira biography Indra Lesmana tapi kenapa cover bukunya cartoon cewe? Dasar jazz-er jadi-jadian, tanpa baca synopsis dan meneliti lebih jauh, saya beli lah buku itu. Tidak menyesal! Bahakan saya terus menanti seri-seri berikutnya yang berlanjut dengan membeli karya-krya Clara Ng, menunggu-nunggu Koran Kompas untuk membaca Tea for Two hingga menghabiskan 1 hari dengan Gerhana Kembar. Gerhana Kembar membuat saya makin tergila-gila dengan karya Clara Ng. Jujur awalnya saya merasa “terganggu” dengan ceritanya, cerita tentang lesbian dengan latar 70an. Rasanya aneh, karena selama ini film-film dan kisah lesbian mengumbar seks bebas, party dan wild, yang membuat pikiran saya terpatri. Dan itu juga yang membuat saya dan mungkin sebagian besar wanita tidak bias menikmatinya. Tapi semakin lama say abaca ternyata Gerhana Kembar ini berhasil menyajikan sisi berbeda, menghilangkan rasa “tidak nyaman” dan yang terpenting bercerita. Bercerita selayaknya kisah, dengan kendala yang beda tapi membuat saya tidak lagi memikirkan kisah ini tentang wanita dan wanita. Dan jauh dari sekedar roman picisan.
Yang terakhir Ayu Utami. Im crazy about her work! Semuanya. Parasit Lajang. Saman. Larung. Bilangan Fu dan serialnya pertamanya Majanjali Cakrabirawa (sampai saat ini baru terbit satu) dan saya yakin begitu juga Cerita Cinta Enrico yang baru akan saya abaca. Perkenalan pertama tentu dari saman, buku yang entah milik siapa dan teronggok lama di lemari. Saya bersyukur saya membacanya setelah tingkat dua kuliah, jika tidak mungkin akan berakhir seperti halnya Supernova. Setelah itu saya tidak bisa menolak membaca karaya-karya Ayu Utami. Bukan hanya membaca tapi harus punya, semacam ada obsesi atas kepemilikan karya-karyanya. Setiap bukunya selalu menceritakan sebuah kejadian kecil individu dengan kisah-kisah “kecil” mereka dibalut dengan mitos dan sejarah-sejarah “besar” dengan pengaruh besar. Bukankah itu nyata, bahwa memang saat kejadian-kejadian besar terjadi diantara para pelaku sejarah “besar” dan mitos-mitos mempengaruhi hidup masyarakat selalu ada masing-masing individu yang, bahkan keberadaanya tidak diketahui oleh pelaku sejarah “besar”, berkutat melakukan sejarahnya sendiri ditengah kukungan dan pengaruh mitos serta sejarah besar. Itu nyata,terjadi selalu. Tapi kita memang tidak pernah mengkorelasikan sejaran “besar”, mitos dan sejarah kita. Didukung dengan kegilaan saya pada pengaruh Mitos dan adat istiadat pada perilaku masyarakatnya. (dan sekarang saatnya meratap, mungkin saya salah jurusan). Belum lagi feminismenya yang selalu terasa kental disetiap tulisan. Walaupun pemeran utama bukan seorang wanita, tapi feminism tokoh wanita selalu menonjol tiap kali sang tokoh diceritakan. And for all of those reasons, I love her works!
Yang mungkin berubah suatu saat nanti mungkin pernyataan saya tentang Supernova. Melihat etos kerja, totalitas dan detail freak seorang Dewi Lestari ditambah jumlah buku berbahasa “asing” (Indonesia yang asing maksud saya) yang sudah saya baca sepertinya saya akan memberi supernova satu kesempatan lagi. And I hope Supernova and I can work it out. Bukan, bukan supaya saya terbebas dari label anti mainstream. But her amazing work r worth another try.
Minggu, 04 Desember 2011
berondong, so what?
I love good looking guy!
Ga perduli berondong atau older.
Since 6th grade ‘till now I’m still fall for George Clooney and will always do. Gw selalu menganggap Colin Firth laki banget entah kenapa, tentu salah satunya karena aksen british. Jude law oh yes! JT banget terutama in wet shirt.
Gw hobby nonton fashion tv, terutama Milan man spring/summer fashion show. Gilaaaaaa! Dan tentunya kerjaan gw ini memancing komentar.
Penanya : ngapain sih nonton bginian? Ngerti fashion lo?
Gw : kaga! Doyan aja, cakep2 gila!
Penanya : but most of them r gay
Lo ga tau ya mereka gay ato ga. Lo Cuma men-judge dari kerjaannya
So what?! Its not like I’m going to flew to Milan and date one of them. Gw Cuma menikmati ciptaan Tuhan yang sedikit lebih sempurna dari yang biasa gw liat.
The point is I enjoyed to see good looking man. No matter how old they are or are they gay/straight. Gw bahkan sangat tergila-gila dengan tokoh film serial quire as folks (klo ga salah) yang perannya super fagot! Karena pada masa deyce main film itu deyce gantang maut cyiiin! Mo ngondek gila yang namanya ganteng ya ganteng aja.
Okay! Enough with my guilty pleasure detail.
Gini loh, back 10/20 years ago, perempuan melihat laki sebagai pelindung dan gambaran mencapai kemapanan. Someone who can take care of them financially. Maka itu mereka mencari yang berumur 3-5 tahun bahkan 10-20 tahun lebih tua. Semakin mapan semakin tinggi nilai lakinya. Dewasa, pengertian, penyayang itu Cuma plus2 kesekian.
Now day, we (woman)/me can take care of our/myself. Kita/gw ga butuh laki-laki untuk membantu gw secara financial. Jadi kami/gw mencari issue kami tentang apa yang dibutuhkan dari laki-laki. If we/I never got that guys to fulfill our/my personal issue, we/I fine living by our own.
Contoh, banyak orang (terutama para cowo2 sirik) yang bertanya “what did Heidy Kulm see at Seal?” nyokap gw pernah bilang “kaya banget kan Seal-nya” (pliiiis moooom!) well, Kulm get 20-30 times from what Seal got for a year. See! We need no financially secure guy.
No matter the guy are younger or older, multimillion dollar man or jobless, good looking or not, we choose what we’ve been looking for to fulfill our issue and emotionally satisfying. Dan ya, berondomg punya tampilan fisik yang lebih menarik.
Kembali pada ketertarikan saya pada berondong, permasalahannya adalah I say it out loud dan itu ear catchy, karena ga normal (minoritas), nyeleneh! Contoh, Usy dan Yuni Sarah, kurang dapet caci maki apa sih mereka. Yang bagusan Demi Moore, eh doi cere, selingkuh lagi tuh lakinya ma cewe yg lebih muda. Jadi, gambaran di masyarakat memang ga bagus.
Dan sekali lagi ear catchy when I say it out loud so people notice. Padahal saya memang hanya mengagumi bentuknya yang lebih bagus dari yang biasa saya liat. Ya saya menyatakan hal yang sama tentang older guy yang ganteng, tapi itu dia, normal (mayoritas), ga ear catchy!
Ya! Saya senang melihat berondong ganteng, there I say it! As much as I love to see a good looking older guy. Hanya bentuk kekaguman dan mensyukuri ciptaan tuhan, ga ada yg perduli sampai yang saya kagumi pake cincin kawin “eh giling! Liat tuh cincin, laki orang cyiiiin!” and here we go again..
Ga perduli berondong atau older.
Since 6th grade ‘till now I’m still fall for George Clooney and will always do. Gw selalu menganggap Colin Firth laki banget entah kenapa, tentu salah satunya karena aksen british. Jude law oh yes! JT banget terutama in wet shirt.
Gw hobby nonton fashion tv, terutama Milan man spring/summer fashion show. Gilaaaaaa! Dan tentunya kerjaan gw ini memancing komentar.
Penanya : ngapain sih nonton bginian? Ngerti fashion lo?
Gw : kaga! Doyan aja, cakep2 gila!
Penanya : but most of them r gay
Lo ga tau ya mereka gay ato ga. Lo Cuma men-judge dari kerjaannya
So what?! Its not like I’m going to flew to Milan and date one of them. Gw Cuma menikmati ciptaan Tuhan yang sedikit lebih sempurna dari yang biasa gw liat.
The point is I enjoyed to see good looking man. No matter how old they are or are they gay/straight. Gw bahkan sangat tergila-gila dengan tokoh film serial quire as folks (klo ga salah) yang perannya super fagot! Karena pada masa deyce main film itu deyce gantang maut cyiiin! Mo ngondek gila yang namanya ganteng ya ganteng aja.
Okay! Enough with my guilty pleasure detail.
Gini loh, back 10/20 years ago, perempuan melihat laki sebagai pelindung dan gambaran mencapai kemapanan. Someone who can take care of them financially. Maka itu mereka mencari yang berumur 3-5 tahun bahkan 10-20 tahun lebih tua. Semakin mapan semakin tinggi nilai lakinya. Dewasa, pengertian, penyayang itu Cuma plus2 kesekian.
Now day, we (woman)/me can take care of our/myself. Kita/gw ga butuh laki-laki untuk membantu gw secara financial. Jadi kami/gw mencari issue kami tentang apa yang dibutuhkan dari laki-laki. If we/I never got that guys to fulfill our/my personal issue, we/I fine living by our own.
Contoh, banyak orang (terutama para cowo2 sirik) yang bertanya “what did Heidy Kulm see at Seal?” nyokap gw pernah bilang “kaya banget kan Seal-nya” (pliiiis moooom!) well, Kulm get 20-30 times from what Seal got for a year. See! We need no financially secure guy.
No matter the guy are younger or older, multimillion dollar man or jobless, good looking or not, we choose what we’ve been looking for to fulfill our issue and emotionally satisfying. Dan ya, berondomg punya tampilan fisik yang lebih menarik.
Kembali pada ketertarikan saya pada berondong, permasalahannya adalah I say it out loud dan itu ear catchy, karena ga normal (minoritas), nyeleneh! Contoh, Usy dan Yuni Sarah, kurang dapet caci maki apa sih mereka. Yang bagusan Demi Moore, eh doi cere, selingkuh lagi tuh lakinya ma cewe yg lebih muda. Jadi, gambaran di masyarakat memang ga bagus.
Dan sekali lagi ear catchy when I say it out loud so people notice. Padahal saya memang hanya mengagumi bentuknya yang lebih bagus dari yang biasa saya liat. Ya saya menyatakan hal yang sama tentang older guy yang ganteng, tapi itu dia, normal (mayoritas), ga ear catchy!
Ya! Saya senang melihat berondong ganteng, there I say it! As much as I love to see a good looking older guy. Hanya bentuk kekaguman dan mensyukuri ciptaan tuhan, ga ada yg perduli sampai yang saya kagumi pake cincin kawin “eh giling! Liat tuh cincin, laki orang cyiiiin!” and here we go again..
Rabu, 30 November 2011
vacancy
(Dulu) gw termasuk tipe backpacker, ga sejati tapi kurang lebih. Hotel melati, hostel atau motel, selama ada tembok dan pintu yg bisa dikunci, I'm in! Angkutan umum non AC bahkan kendaraan masyarakat. Jalan-jalan penuh peluh dengan partner satu visi, my version of heaven in vacation.
Acara tv favorite gw segala yang berbau backpacker dan first class all the way. Agak-agak jomplang memang acara yang terakhir itu. Yang gw suka dari 1st class all the way adalah kesibukan dan cara mereka menyiapkan semua detail perjalanan hingga kegiatan, sangat-sangat detail. Bukan first class nya. Minus kepuasan buat gw kalau perjalanan serba diatur orang lain dan enak-enakan. Gak spontan! Yah, tiap orang punya cara masing-masing untuk denial. Intinya, ga mampu gw bayarnya cuy!
Gw sendiri bukan tipe pewisata pemandangan yang mencari-cari tempat bagus untuk diabadikan. Kalo ada genre dalam tipe-tipe pelancong, gw lebih ke tipe pewisata cultural. Itu makanya gw lebih suka transportasi umum, yang lebih banyak berhenti dan diisi penduduk lokal dengan kemampuan ekonomi terbatas yang memang sering kali masih kental dengan kebudayaan setempat. Itu makanya makan di kaki lima yang pertama terlihat saat lapar terasa lebih mengasikan. Dan itu juga kenapa gw lebih suka tinggal di hotel super murah yang biasanya terletak di daerah rural pusat kota.
gw sendiri bukan tipe penikmat pemandangan dan mengejar hasil-hasil photography bagus dari sebuah daerah wisata, gw lebih ke penikmat ekspresi orang-orang di sekitar gw, wajah-wajah baru dengan kebudayaan tersendiri. Sayangnya kemampaun photography gw sangat-sangat buruk, maka hasil di kamera tidak pernan menggambarkan apa yg gw rasakan saat melihat manusia-manusia itu.
Sampai akhirnya saya mulai sering mendapat kesempatan menginap di hotel mewah. Wow! Menyenangkan sekali ternyata, setelah lelah seharian, masuk ke kamar yang bersih dan wangi, AC yang dingin, mandi air hangat, handuk yg tampak aman dipakai dan kasur yang jauh lebih empuk dibandingkan kasur2 papan hostel. Saya jadi berfikir, jangan-jangan kemarin dulu itu hanya karena saya ga mampu afford 1st class all the way vacation, dan saya ga segitu backpacker cultural traveler-nya.
Sampai suatu siang, saya keluar dari rutinitas hotel berbintang dan kegiatannya. Kembali menaiki transportasi umum antar kota. Duduk ditengah-tengah masyarakat, berkeringat dengan earphone dan mp3 player, sensasi itu datang lagi. I still enjoy it! I still liking it! Bahkan saat gw berpeluh kembali ke kamar mewah, setelah mandi air hangat dan duduk menatap jalan raya dari jendela kamar. Melihat bagaimana orang-orang lalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing, masyarakat asli terseok-seok gempuran pendatang yang begitu cepat hingga terjepit di pojokan sosialisasi, gw tau gw masih seorang cultural traveler tetap harus berbaur dengan keringat masyarakat untuk menikmati apa yg gw sebut liburan, dan setelah itu saya bisa bersitirahat di kamar ber AC dengan kasur empuk dan air hangat. Well, I can afford it now.
Acara tv favorite gw segala yang berbau backpacker dan first class all the way. Agak-agak jomplang memang acara yang terakhir itu. Yang gw suka dari 1st class all the way adalah kesibukan dan cara mereka menyiapkan semua detail perjalanan hingga kegiatan, sangat-sangat detail. Bukan first class nya. Minus kepuasan buat gw kalau perjalanan serba diatur orang lain dan enak-enakan. Gak spontan! Yah, tiap orang punya cara masing-masing untuk denial. Intinya, ga mampu gw bayarnya cuy!
Gw sendiri bukan tipe pewisata pemandangan yang mencari-cari tempat bagus untuk diabadikan. Kalo ada genre dalam tipe-tipe pelancong, gw lebih ke tipe pewisata cultural. Itu makanya gw lebih suka transportasi umum, yang lebih banyak berhenti dan diisi penduduk lokal dengan kemampuan ekonomi terbatas yang memang sering kali masih kental dengan kebudayaan setempat. Itu makanya makan di kaki lima yang pertama terlihat saat lapar terasa lebih mengasikan. Dan itu juga kenapa gw lebih suka tinggal di hotel super murah yang biasanya terletak di daerah rural pusat kota.
gw sendiri bukan tipe penikmat pemandangan dan mengejar hasil-hasil photography bagus dari sebuah daerah wisata, gw lebih ke penikmat ekspresi orang-orang di sekitar gw, wajah-wajah baru dengan kebudayaan tersendiri. Sayangnya kemampaun photography gw sangat-sangat buruk, maka hasil di kamera tidak pernan menggambarkan apa yg gw rasakan saat melihat manusia-manusia itu.
Sampai akhirnya saya mulai sering mendapat kesempatan menginap di hotel mewah. Wow! Menyenangkan sekali ternyata, setelah lelah seharian, masuk ke kamar yang bersih dan wangi, AC yang dingin, mandi air hangat, handuk yg tampak aman dipakai dan kasur yang jauh lebih empuk dibandingkan kasur2 papan hostel. Saya jadi berfikir, jangan-jangan kemarin dulu itu hanya karena saya ga mampu afford 1st class all the way vacation, dan saya ga segitu backpacker cultural traveler-nya.
Sampai suatu siang, saya keluar dari rutinitas hotel berbintang dan kegiatannya. Kembali menaiki transportasi umum antar kota. Duduk ditengah-tengah masyarakat, berkeringat dengan earphone dan mp3 player, sensasi itu datang lagi. I still enjoy it! I still liking it! Bahkan saat gw berpeluh kembali ke kamar mewah, setelah mandi air hangat dan duduk menatap jalan raya dari jendela kamar. Melihat bagaimana orang-orang lalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing, masyarakat asli terseok-seok gempuran pendatang yang begitu cepat hingga terjepit di pojokan sosialisasi, gw tau gw masih seorang cultural traveler tetap harus berbaur dengan keringat masyarakat untuk menikmati apa yg gw sebut liburan, dan setelah itu saya bisa bersitirahat di kamar ber AC dengan kasur empuk dan air hangat. Well, I can afford it now.
Sabtu, 26 November 2011
(stupid) dream sold out!
Gw lagi nonton panrenthood dan Alex bilang "I like u but that's not good enough to make me sit and watch twilight" gw ketawa kecil dan bilang "this guy officially straight"
Besoknya gw liat temen gw nulis "am I d only girl in d world who's hate twilight?" Di home page nya. Diikuti dengan banyak respon seperti "no u r not" "gw jg ga suka" "I'm in" dll.
Dan semakin bingunglah gw, lalu kenapa ini film laku bener dan ampe digila2i sebegitunya? Kalau, kenapa gw nonton twilight, kelar lalu keluar maki-maki dan tetep nonton new moon gw tau jawabannya, I blame social life. Kenapa gw bisa bertahan bersosialisasi dengan penikmat twilight? Ya, ga semua orang sempurna guys, begitu juga teman saya, damn u social life!
Setelah nonton twilight, keluar maki-maki, nonton new moon sambil maki-maki, gw pun coba baca novelnya dengan harapan siapa tau ternyata novelnya bagus cuma ga apik dipindahkan ke film, plus gw pikir it can be a guilty pleasure. The answer is NO! Chicklit ato bahkan teenlit itu guilty pleasure, twilight is a crap! Comedy romantic in dvd r guilty pleasure, twilight is crappy!
Kesimpulan dari semua penderitaan yg gw lalui(oh ya, gw cm bertahan ampe bab 10) ini adalah, sang penulis menjual mimpi yg lebih ga mungkin dari Sinetron Indonesia, dengab kemasan dimana semua cw ABG labil merasa hal itu bisa terjadi pada mereka. Secara general ya, bukan plek2an pacaran ma vampire.
Kalau pernah merhatiin karakter Bella (ya gw inget namanya,feel free to make fun of me) ga ada yg special. Begitu juga pendeskripsian karakternya, cewe ABG biasa, pendiam, penyendiri, mengeluh tentang semua yg terjadi pada hidupnya tapi menjadi pusat perhatian. See! Setiap ABG labil memang seperti bela, bedanya Bella jadi pusat perhatian, dan semua cewe ABG labil yg merasa ga beda ama Bella mulai hidup dlm mimpi she's just like me.
Sementara itu dua laki-laki super ganteng sempurnya yg nyaris ga mungkin ada di dunia ini diceritakan dengan sangat detail, terutama Edward. Semuanya, mata, body ampe cara dia bernafas dan pria2 super ganteng ini ga pernah mikirin hal lain kecuali Bella.
Perempuan ABG bersifat ABG pada umumnya yg digila2i dua pria super tampan jadi2an dan perjalanan cintanya. That's it!
Jadi, kalo ABG labil tergila-gila dengan film ini, gw pandang rendah tapi dalam batas maklum. ABG labil memang standardnya mimpi digila2i pria tanpan nan ga mungkin.
Tapi kalau wanita paruh baya atau sudah melewati masa ABG dan masih tergila-gila dengan twilight?! PATHETIC! Menurut gw kehidupan nyata mereka pasti sangat menyedihkan sampai harus bersembunyi dibalik mimpi. Seperti halnya sang penulis, bayangkan se pathetic apa romantic life-nya ampe bisa bermimpi seperti itu, walaupun agak ga aneh kehidupannya menyedihkan, pola pikrinya aja bgitu doang.
Dan kalau laki-laki yang tergila-gila dengan twilight? Kalian nilai sendiri deh,pantengin aja cowo-cowo yang keluar dari studionya.
Besoknya gw liat temen gw nulis "am I d only girl in d world who's hate twilight?" Di home page nya. Diikuti dengan banyak respon seperti "no u r not" "gw jg ga suka" "I'm in" dll.
Dan semakin bingunglah gw, lalu kenapa ini film laku bener dan ampe digila2i sebegitunya? Kalau, kenapa gw nonton twilight, kelar lalu keluar maki-maki dan tetep nonton new moon gw tau jawabannya, I blame social life. Kenapa gw bisa bertahan bersosialisasi dengan penikmat twilight? Ya, ga semua orang sempurna guys, begitu juga teman saya, damn u social life!
Setelah nonton twilight, keluar maki-maki, nonton new moon sambil maki-maki, gw pun coba baca novelnya dengan harapan siapa tau ternyata novelnya bagus cuma ga apik dipindahkan ke film, plus gw pikir it can be a guilty pleasure. The answer is NO! Chicklit ato bahkan teenlit itu guilty pleasure, twilight is a crap! Comedy romantic in dvd r guilty pleasure, twilight is crappy!
Kesimpulan dari semua penderitaan yg gw lalui(oh ya, gw cm bertahan ampe bab 10) ini adalah, sang penulis menjual mimpi yg lebih ga mungkin dari Sinetron Indonesia, dengab kemasan dimana semua cw ABG labil merasa hal itu bisa terjadi pada mereka. Secara general ya, bukan plek2an pacaran ma vampire.
Kalau pernah merhatiin karakter Bella (ya gw inget namanya,feel free to make fun of me) ga ada yg special. Begitu juga pendeskripsian karakternya, cewe ABG biasa, pendiam, penyendiri, mengeluh tentang semua yg terjadi pada hidupnya tapi menjadi pusat perhatian. See! Setiap ABG labil memang seperti bela, bedanya Bella jadi pusat perhatian, dan semua cewe ABG labil yg merasa ga beda ama Bella mulai hidup dlm mimpi she's just like me.
Sementara itu dua laki-laki super ganteng sempurnya yg nyaris ga mungkin ada di dunia ini diceritakan dengan sangat detail, terutama Edward. Semuanya, mata, body ampe cara dia bernafas dan pria2 super ganteng ini ga pernah mikirin hal lain kecuali Bella.
Perempuan ABG bersifat ABG pada umumnya yg digila2i dua pria super tampan jadi2an dan perjalanan cintanya. That's it!
Jadi, kalo ABG labil tergila-gila dengan film ini, gw pandang rendah tapi dalam batas maklum. ABG labil memang standardnya mimpi digila2i pria tanpan nan ga mungkin.
Tapi kalau wanita paruh baya atau sudah melewati masa ABG dan masih tergila-gila dengan twilight?! PATHETIC! Menurut gw kehidupan nyata mereka pasti sangat menyedihkan sampai harus bersembunyi dibalik mimpi. Seperti halnya sang penulis, bayangkan se pathetic apa romantic life-nya ampe bisa bermimpi seperti itu, walaupun agak ga aneh kehidupannya menyedihkan, pola pikrinya aja bgitu doang.
Dan kalau laki-laki yang tergila-gila dengan twilight? Kalian nilai sendiri deh,pantengin aja cowo-cowo yang keluar dari studionya.
Selasa, 20 September 2011
damn u sm*sh!
seperti hari-hari escaping saya yang diakibatkan escaping penghuni rumah dari tempat bertugasnnya. saya duduk di salah satu warnet sambil buka-buka page ga jelas. hari ini sedikit jelas karena sy harus menyiapkan materi kuliah.
harus diakui saya bertugas di area alay.com besar-besaran, jadi lagu-lagu alay berseliweran dimana-mana. entah lagu-lagu masa kini benar begitu murahannya dibanding masa saya dulu, atau karena kuping saya yg sudah terlalu tua untuk menikmati lagu-lagu anak muda ini? hah sudahlah kita bahas itu nanti!
intinya ditengah-tengah ketidak jelasan ini, radio memutarkan lagu Ada Cinta-Bening, mungkin tenar sekitar tahun 90an something, tapi yang di nyanyiinulang olej (lagi-lagi) boyband!
saat ini Indonesia sedang diserbu copycat2 boyband dan girl band berbasis korea. jadi ga kaya jaman coboy, ME ato cool colors yang ganteng dan macho. Tapi sekumpulan cowo ga bisa nyanyi, beberapa kemampuan dance pas2an nan cantik dan kayanya ngondek.

saya ga terlalu bisa nyalahin Suju dkk, karna walaupun agak ganggu, tapi kurang-lebih cocok. maksudnya emang pada dasarnya kulit proselen mereka mendukung baju dan rambut aneh2 itu walaupun ada yang wajahnya gak mendukung. tapi Indonesia?! ah damn u lah sm*sh!


ditengah-tengah kegerahan akan serbuan band alay, dengan musikalitas rendah, lirik kampungan dan tampang pas2an kemunculan boyband basis korea ini sungguhlah bukan bagai oase di tengah gurun. it just getting worst! dan yang semakin menyiksa, kemunculan sm*sh ini malah diikuti banyaaaaaaaak sekali boyband berikutnya. hingga bermunculan girl band yang lagi-lagi ke korea2an dgn kulit bahkan ga mendekati porselen. ladies! cw2 korea itu lebih licin dari porselen, so they're cute without trying too look cute!




i bet u can easily tell the different right?!
ga semuanya sih gw bilang jelek ata ga bertampang boyband. cuma eksploitasinya terlalu buruk. seperti sm*sh ngabuburit atau saat mereka di ikuti infotaintment, hobby sekali melakukan gerakan bodoh mempermalukan diri sendiri. pertanyaannya kenapa sy tau?! hahaha..terjebak ga ada chanel lain cuy! the point is produk korea itu punya attitude yang berupa tata krama mereka, jadi tetap terjaga. sementara kita cuma mengambil sisi eksploitasinya saja. lagi-lagi seperti sy bilang, ga semuanya berbodoh-bodoh ria. contohnya anak tampan kesayangan tante ini.


ga peduli r u straight or fag, yang penting attitude pendiam, cool ato emang lemot jd ga tau mau ngapain itu ngasih nilai pluuuuuus. (pluuuuus tampang maksudnya)
jadi, saat mendengar lagu Ada Cinta itu saya refleks twitting
"ini boyband mana yg nyanyiin Ada Cinta-Bening?! *terbayang cowo2 dengan frame masing2 tertiup kipas angin raksasa* damn u SM*SH!"
dan secepat kilat bermunculan reply
"@d_sound herLINAyulidia memang itu sm*sh yg nyanyiin... #adacinta"
"@ayafabian ohemjih pst @herlinayulidia blm dgr ad boyband nyanyi Aserehe versi indonesia ya? naitmeeerrrr"
aaaaaah sumpah lo?! beneran damn u lah sm*sh!!
harus diakui saya bertugas di area alay.com besar-besaran, jadi lagu-lagu alay berseliweran dimana-mana. entah lagu-lagu masa kini benar begitu murahannya dibanding masa saya dulu, atau karena kuping saya yg sudah terlalu tua untuk menikmati lagu-lagu anak muda ini? hah sudahlah kita bahas itu nanti!
intinya ditengah-tengah ketidak jelasan ini, radio memutarkan lagu Ada Cinta-Bening, mungkin tenar sekitar tahun 90an something, tapi yang di nyanyiinulang olej (lagi-lagi) boyband!
saat ini Indonesia sedang diserbu copycat2 boyband dan girl band berbasis korea. jadi ga kaya jaman coboy, ME ato cool colors yang ganteng dan macho. Tapi sekumpulan cowo ga bisa nyanyi, beberapa kemampuan dance pas2an nan cantik dan kayanya ngondek.

saya ga terlalu bisa nyalahin Suju dkk, karna walaupun agak ganggu, tapi kurang-lebih cocok. maksudnya emang pada dasarnya kulit proselen mereka mendukung baju dan rambut aneh2 itu walaupun ada yang wajahnya gak mendukung. tapi Indonesia?! ah damn u lah sm*sh!


ditengah-tengah kegerahan akan serbuan band alay, dengan musikalitas rendah, lirik kampungan dan tampang pas2an kemunculan boyband basis korea ini sungguhlah bukan bagai oase di tengah gurun. it just getting worst! dan yang semakin menyiksa, kemunculan sm*sh ini malah diikuti banyaaaaaaaak sekali boyband berikutnya. hingga bermunculan girl band yang lagi-lagi ke korea2an dgn kulit bahkan ga mendekati porselen. ladies! cw2 korea itu lebih licin dari porselen, so they're cute without trying too look cute!



i bet u can easily tell the different right?!
ga semuanya sih gw bilang jelek ata ga bertampang boyband. cuma eksploitasinya terlalu buruk. seperti sm*sh ngabuburit atau saat mereka di ikuti infotaintment, hobby sekali melakukan gerakan bodoh mempermalukan diri sendiri. pertanyaannya kenapa sy tau?! hahaha..terjebak ga ada chanel lain cuy! the point is produk korea itu punya attitude yang berupa tata krama mereka, jadi tetap terjaga. sementara kita cuma mengambil sisi eksploitasinya saja. lagi-lagi seperti sy bilang, ga semuanya berbodoh-bodoh ria. contohnya anak tampan kesayangan tante ini.


ga peduli r u straight or fag, yang penting attitude pendiam, cool ato emang lemot jd ga tau mau ngapain itu ngasih nilai pluuuuuus. (pluuuuus tampang maksudnya)
jadi, saat mendengar lagu Ada Cinta itu saya refleks twitting
"ini boyband mana yg nyanyiin Ada Cinta-Bening?! *terbayang cowo2 dengan frame masing2 tertiup kipas angin raksasa* damn u SM*SH!"
dan secepat kilat bermunculan reply
"@d_sound herLINAyulidia memang itu sm*sh yg nyanyiin... #adacinta"
"@ayafabian ohemjih pst @herlinayulidia blm dgr ad boyband nyanyi Aserehe versi indonesia ya? naitmeeerrrr"
aaaaaah sumpah lo?! beneran damn u lah sm*sh!!
Kamis, 08 September 2011
single itu pilihan-jomblo itu takdir!(ato kasihan?!)
Sebagai warga negara indonesia dengan berjuta kultur, kemasyarakatan serta keagamaan yang masih kuat mengikat, pernahkah berfikir unutk menjadi single?
Single! bukan jomblo ya! seperti yang saya bilang sebelumnya, single itu pilihan karena kita bisa memilih untuk tidak single tapi jomblo itu takdir karena setengah mati anda mau berpasangan kenyataannya belum ada yang tertarik (kasian juga bisa menjadi lanjutan yang tepat, terutama jika anda memamerkan kesengasaraan dan mengiba-iba for having someone in social media, come on girl hv some attitude please!)
Pernah berfikir untuk hidup single?! Berfikir untuk hidup single sah-sah saja, pikiran kan milik pribadi. Pernah menjalani kehidupan mempertahankan prinsip untuk single?! Pasti berat ya..
Bayangkan berada diumur lebih dari seperempat abad, saat teman-teman memiliki pasangan, sudah menikah bahkan sudah punya anak. Masalah yang dihadapi mulai dari, ga ikutan "double-triple-dan selebihnya" date kecuali siap manyun dan dipandang kasihan oleh orang lain.
Pernikahan sahabat is a must buat datang. Permasalahannya, datang dengan siapa? Teman yang lain pasti dengan pasangannya. Sendiri? ide bagus! Karena akan terbebas dari pertanyaan "kapan nyusul" karen orang-orang sudah memandang kasihan sebelum bertanya.
Rongrongan orang tua, bahkan keluarga besar mulai dari tante yang akrab sampai nenek yang ga dikenal. Rongrongan orang tua tentu karena kekhawatiran anaknya ga laku-laku,keinginan menimang cucu, memamerkan keberhasilannya mengasuh anak ampe laku sampai kegerahan orang tua karena dirongring pertanyaan serupa juga oleh kerabatnya.
Dianggap jual mahal. Awal-awalnya orang yang mengejar akan berfikir, wow she's hard to get, it must be worthed. Berlanjut ke jual mahal amat sih nih orang?! Selanjutnya berhenti dan balik kanan. Sampai akhirnya sepuluh tahun kemudian, "jual mahal sih! makanya ampe sekarang ga laku-laku" dengan penuh kemenangan punya istri dan 5anak yang bergelantungan di tangan dan kaki.
Dan pandangan kasihna sampai selalu terseret2 dalam mitos dan anggapan buruk akan perawan tua, karena perjaka tua tidak pernah berurusan dengan hal itu. (mau milenium ke sejuta juga kayanay nih bias gender ga akan beres!)
Orang luar tidak akan pernah berfikir dan mencoba mengerti bahwa single adalah sebuah pilihan. Bahwa bagi sebagian orang pergi nonton sendiri, duduk di cafe sambil baca buku sendiri adalah hal menyenangkan.
Orang "normal" (maksudnya mayoritas) tidak akan pernah berfikir bahwa bisa hidup diatas kaki sendiri, bisa melakukan banyak hal tanpa harus memikirkan pasangan dan melakukan kompromi adalah sebuah pilihan hidup yang bisa dinikmati.
Hingga sekarang dan entah kapan mayoritas akan selalu dianggap normal. Maka jika pernah berfikir untuk memilih single coba renungkan apa yang akan dihadapi didepan. Berhadapan dengan mayoritas dan menjadi "tidak normal"(minoritas) bukanlah hal mudah, terutama saat keluarga buakn berada dalam barisan pendukung.
Single! bukan jomblo ya! seperti yang saya bilang sebelumnya, single itu pilihan karena kita bisa memilih untuk tidak single tapi jomblo itu takdir karena setengah mati anda mau berpasangan kenyataannya belum ada yang tertarik (kasian juga bisa menjadi lanjutan yang tepat, terutama jika anda memamerkan kesengasaraan dan mengiba-iba for having someone in social media, come on girl hv some attitude please!)
Pernah berfikir untuk hidup single?! Berfikir untuk hidup single sah-sah saja, pikiran kan milik pribadi. Pernah menjalani kehidupan mempertahankan prinsip untuk single?! Pasti berat ya..
Bayangkan berada diumur lebih dari seperempat abad, saat teman-teman memiliki pasangan, sudah menikah bahkan sudah punya anak. Masalah yang dihadapi mulai dari, ga ikutan "double-triple-dan selebihnya" date kecuali siap manyun dan dipandang kasihan oleh orang lain.
Pernikahan sahabat is a must buat datang. Permasalahannya, datang dengan siapa? Teman yang lain pasti dengan pasangannya. Sendiri? ide bagus! Karena akan terbebas dari pertanyaan "kapan nyusul" karen orang-orang sudah memandang kasihan sebelum bertanya.
Rongrongan orang tua, bahkan keluarga besar mulai dari tante yang akrab sampai nenek yang ga dikenal. Rongrongan orang tua tentu karena kekhawatiran anaknya ga laku-laku,keinginan menimang cucu, memamerkan keberhasilannya mengasuh anak ampe laku sampai kegerahan orang tua karena dirongring pertanyaan serupa juga oleh kerabatnya.
Dianggap jual mahal. Awal-awalnya orang yang mengejar akan berfikir, wow she's hard to get, it must be worthed. Berlanjut ke jual mahal amat sih nih orang?! Selanjutnya berhenti dan balik kanan. Sampai akhirnya sepuluh tahun kemudian, "jual mahal sih! makanya ampe sekarang ga laku-laku" dengan penuh kemenangan punya istri dan 5anak yang bergelantungan di tangan dan kaki.
Dan pandangan kasihna sampai selalu terseret2 dalam mitos dan anggapan buruk akan perawan tua, karena perjaka tua tidak pernah berurusan dengan hal itu. (mau milenium ke sejuta juga kayanay nih bias gender ga akan beres!)
Orang luar tidak akan pernah berfikir dan mencoba mengerti bahwa single adalah sebuah pilihan. Bahwa bagi sebagian orang pergi nonton sendiri, duduk di cafe sambil baca buku sendiri adalah hal menyenangkan.
Orang "normal" (maksudnya mayoritas) tidak akan pernah berfikir bahwa bisa hidup diatas kaki sendiri, bisa melakukan banyak hal tanpa harus memikirkan pasangan dan melakukan kompromi adalah sebuah pilihan hidup yang bisa dinikmati.
Hingga sekarang dan entah kapan mayoritas akan selalu dianggap normal. Maka jika pernah berfikir untuk memilih single coba renungkan apa yang akan dihadapi didepan. Berhadapan dengan mayoritas dan menjadi "tidak normal"(minoritas) bukanlah hal mudah, terutama saat keluarga buakn berada dalam barisan pendukung.
Langganan:
Komentar (Atom)